Bantaeng, Redaksibaru.id – Adzan berkumandang, jarum jam menunjukkan pukul 15.45 WITA, sudah waktunya untuk salat azar di daerah bagian tengah Indonesia.
Hawa panas samar-samar terasa, agak perih seolah mengikis kulit. Panas memang sedang di ambang batas. Padahal baru memasuki hari kedua bulan puasa.
Segera ku berjalan menuju tempat yang biasanya diperuntukkan mengambil wudhu. Tak jauh dari musalla kantor Bawaslu Bantaeng.
Senin 4 April 2022, sedang ada kegiatan di sini. Sejak jam 2 siang tadi sampai materi pertemuan hari ini berakhir. Bawaslu sedang mengadakan pelatihan internal, Desain Konten Kreatif.
Setelah berwudhu, langkahku menuju tempat melakukan ibadah. Mataku memicing menatap langit-langit kantor mencari puncak Quba sebagai penanda musalla di sekitar. Sayangnya tidak ada.
Seseorang melintas di sekitarku dan mengabarkan bahwa untuk melakukan salat bisa memanfaatkan ruang kosong dengan pintu cokelat di sebelah utara kantor.
Sesampai di ruangan yang dimaksud, kutarik gagang pintu dengan mengangkat telapak kaki kananku. Mulai memijak lantai di ruangan itu.
“Assalamu Alaikum” ucapku lirih.
Tak kusangka, suhu ruangan di tempatku kini berpijak ternyata sangat dingin. Berbeda dengan hawa di luar ruangan tadi. Benar saja, sebuah pendingin atau air control terpajang di dindingnya. Ruangan yang kira-kira sebesar 3×4 meter itu menarik perhatianku.
Bukan hanya hawa dingin dan beraroma wangi menenangkan. Ruangan itu juga bersih. Seorang anak balita bermain dengan tenangnya.
Di sudut ruangan juga terdapat rak kecil. Beberapa lembar mukenah tersusun di atasnya. Pandanganku menyapu setiap ruangan. Setiap senti sudut ruangan itu benar-benar membuatku takjub.
Kemudian terhenti di sisi barat. Pada dinding yang dilapisi spanduk bertuliskan “Ruang Ramah Perempuan dan Anak, Kami Peduli Privasimu”.
Sungguh hal ini membuatku terenyuh. Bahkan di kantor-kantor dengan kapasitas yang lebih luas, lebih besar, lebih lengkap belum tentu ada ruangan khusus yang dibuat seperti ini.
Sebuah ruangan yang menjamin kenyamanan perempuan dan anak. Untuk bermain, beristirahat, bersantai, menyusui dan yah salat tanpa kuatir pandangan-pandangan liar tentunya.
Ruangan ini adalah sebuah manifestasi bagaimana manajemen penggeraknya benar-benar peduli. Memahami setiap kondisi dan memfasilitasi hal-hal yang tidak semua orang pikirkan.
Satu kata, keren saja tak cukup untuk mewakili. Meskipun adanya ruang ramah bukanlah hal baru yang didemokan, namun menemukan ruang ramah secara langsung adalah sebuah kesenangan juga. Yah, karena kebanyakan anjuran-anjuran hanya sebatas teori tanpa praktik. Andai saja semua instansi menerapkan hal serupa.
“Ruang Ramah Perempuan dan Anak diresmikan pada momentum hari jadi Bawaslu ke 13 dan selebrasi 2 Tahun Bawaslu Bantaeng,” kata Nuzuliah Hidayah, selaku Divisi Pengawasan, Humas dan Hubal Bawaslu Bantaeng.
Sore itu, sembari menantikan waktu berbuka puasa yang tak lewat dari 30 menit lagi ia memaparkan. Tentang bagaimana Ikhwal adanya ruangan ini.
“Awalnya ini bisa dibilang gudang. Barang-barang yang sudah disfungsi disimpan. Namun terlihat sangat disayangkan jika terus dibiarkan seperti itu,” terang Lia, begitu sapaan karibnya.
Kondisi tersebut dipandang miris. Sebuah ruangan yang terbengkalai bukanlah hal yang bagus di lingkungan kantor dengan aktivitas yang saban kali menjadi pusat perkumpulan orang pada agenda-agenda tertentu.
“Sebenarnya ini adalah inisiasi bersama. Pernah ada suatu moment yang mana banyak masyarakat kesini untuk keperluan satu hal. Kebetulan sebagian besar adalah ibu-ibu. Diantara mereka banyak yang harus bawa anak bayi dan balita, nah kondisi inilah salah satunya yang jadi gambaran mengapa ruangan ini bisa terealisasi,” kembali Lia menjelaskan dengan gamblang.
Akhirnya dengan mengacu pada referensi-referensi dasar pengadaan ruangan sesuai hal yang sering disampaikan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (Kemen PPPA) maka gudang berisi barang nirfungsi disulap menjadi ruang sangat bermanfaat.
Kini, ruang tersebut menjadi begitu indah dan menyenangkan berada di dalamnya. Dihiasi walpaper yang cantik dan poster-poster berisi pesan edukatif untuk ibu dan anak.
Adzan magrib berkumandang, waktunya berbuka puasa. Perjuangan puasa hari itu ditutup dengan decak kagum dan harapan agar segenap instansi di Kabupaten Bantaeng menjiplak inovasi Bawaslu ini.
“Ya sekalipun bukan instansi bidang pelayanan, menurut saya pribadi ruangan ini memang seharusnya ada di setiap kantor yang memiliki pekerja atau karyawan perempuan apalagi dia seorang ibu,” tutup Lia. []