Bantaeng – Aidil Adha, aktivis di Kabupaten Bantaeng, Sulsel, mengkritisi pelonggaran kegiatan pasar malam Taman Ria di Lapangan Hitam Pantai Seruni Bantaeng.
Sebab pedagang yang kerap melapak setiap malam minggu di kawasan tersebut, sempat dinonaktifkan lantaran dikhawatirkan menjadi klaster sebaran covid-19.
Namun pasar malam yang beroperasi selama kurang lebih sebulan itu, justru diberikan keleluasaan untuk beroperasi.
“Dilihat dari sisi perbandingan antara pengunjung pasar malam dengan pasar cakar (pelapak mingguan), itu 10 kali lipat karena keberadaan pasar malam ini mengundang kabupaten-kabupaten tetangga berdatangan ke Kabupaten Bantaeng,” kata Aidil Adha kepada Redaksi Baru belum lama ini.
“Kemudian, kenapa bisa pasar cakar itu dinonaktifkan sementara diberikan ijin untuk ini (pasar malam) yang memang pengaruhnya luar biasa untuk mengundang keramaian,” sambungnya.
Menurutnya, keberadaan pasar malam mengancam kesehatan masyarakat. Sebab, panitia pun mengakui bahwa banyak pengunjung yang masih membandel dengan tidak terapkan protokol kesehatan.
Terlebih, kata Aidil Adha, kehadiran pasar malam ini mengundang pengunjung berdatangan bukan hanya masyarakat Bantaeng, tetapi juga datang dari kabupaten tetangga.
“Bukan cuma masyarakat kabupaten Bantaeng, kabupaten tetangga juga pada berdatangan,” ujar Aidil.
Selain itu, dia juga menyinggung soal PAD pasar malam. Menurutnya, pedagang juga berkontribusi untuk daerah ini lewat pajak melapak di Lapangan Hitam.
“Soal PAD, pedagang cakar mingguan ini juga membayar pajak (retribusi). Penjual cakar kan membayar pajak. Kalau berpatokan bahwa kegiatan ini ada sumbangsihnya masuk untuk pajak, berarti lebih disuka itu pajak dari pada kondisi kesehatan masyarakat,” jelasnya.
Bahkan Aidil menyodorkan pertanyaan yang menohok untuk pemerintah. Kata dia, pemerintah memilih pajak atau kesehatan masyarakat.
“Yang mana kita pilih, pajak atau kondisi kesehatan masyarakat yang tidak bisa dijamin, bahwa ketika ada pasar tidak akan terjadi covid?, kecuali kalau memang covid itu direkayasa selama ini,” pungkasnya.
Seperti diketahui, pasar malam tersebut telah dievaluasi. Satgas Covid-19 Bantaeng pun mengkritisi penyelenggara pasar malam, utamanya dalam hal penerapan protokol kesehatan.
Saat itu, penyelenggara menyebut bahwa pihaknya senantiasa melakukan imbauan untuk menerapkan protokol kesehatan.
Hanya saja, penyelenggara menyalahkan pengunjung karena masih saja membandel.
“Segala sesuatu mulai dari hari pertama kami tetap konsisten untuk menyampaikan lewat pengeras suara agar memakai masker. Karakter pengunjung sangat-sangat luar biasa, contoh begitu ada prokes dia lihat maka dia pakai masker, ketika prokes sudah jauh tidak lagi dihiraukan,” ujar Ruhaedi dalam keterangan resmi yang diterima usai melakukan rapat evaluasi bersama satgas Covid-19 Bantaeng beberapa pekan lalu.