Jakarta – Pengamat Intelijen, Susaningtyas NH Kertopati ingatkan pemerintah agar mewaspadai ideologi Taliban di sektor Pendidikan.
Sebab ajaran di beberapa sekolah dinilai sudah berkiblat ideologi ini, yang oleh beberapa negara dicap organisasi teroris.
“Di negara kita ini sudah banyak sekali lembaga pendidikan yang kiblatnya itu sudah Taliban,” ucap pengamat intelijen, Susaningtyas NH Kertopati, dalam webinar, Minggu (5/9/2021).
Bukan tanpa sebab ia melontarkan pernyataan itu. Ia mencontohkan, banyak sekolah yang tidak mau hormat pada bendera dan enggan menghafal nama menteri-menteri atau partai politik di Indonesia.
Selain itu, juga ada yang sudah tak memasang foto presiden dan wakil presiden di dinding.
Menurutnya, kondisi ini perlu diwaspadai mengingat sekolah merupakan “pabrik” yang menghasilkan calon pemimpin negara ini.
Sehingga, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) serta Kementerian Sosial (Kemensos) diminta berperan aktif dalam penanganan terorisme.
Pada kesempatan yang sama, Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ansyad Mbai, juga mengingatkan agar penyebarluasan paham ekstremisme oleh aktor politik perlu diwaspadai.
Dia berpendapat, banyak petinggi politik di Indonesia yang memanfaatkan eks jihadis agar terus mendorong pemerintah mengakui pemerintahan Taliban di Afghanistan.
“Yang paling bahaya adalah para pemain-pemain di tataran politik,” katanya.
Kata dia, pemerintah diminta turut mewaspadai para jihadis alumni Afghanistan yang pulang ke Tanah Air.
Mereka cenderung masuk ke Jemaah Islamiyah (JI) atau kelompok ekstrem lain untuk berjihad.
Dirinya khawatir semangat kelompok tersebut untuk meluaskan semangat ekstermisme demi mencapai tujuannya.
“Jihad mereka itu untuk mencapai tujuan mereka, khilafah,” tegasnya seperti dikutip dari Alinea.
Mereka menyerukan narasi-narasi untuk segera mendeklarasikan kemenangan Taliban secara formal.
Padahal, pemerintah, termasuk Amerika Serikat (AS) dan sekutunya, sedang tunggu dan lihat (wait and see) serta memperhatikan langkah apa yang akan diambil Taliban, seperti realisasi atas komitmennya mewujudkan Islam inklusif.
“Itu akan jadi polemik bagi kita, tapi polemik itu akan segera dijadikan narasi permusuhan-kebencian, terutama pada pemerintah,” tandasnya. (Aln)