Redaksibaru.id – kebakaran besar melanda asrama sebuah sekolah di Guyana. Akibatnya 19 orang perempuan dinyatakan tewas dalam kejadian nahas tersebut.
Ironisnya, pelaku penyebab kebakaran tersebut diketahui merupakan seorang siswi yang kesal lantaran pihak sekolah menyita ponselnya.
Anak-anak yang meninggal tersebut, sebagian besar merupakan perempuan pribumi, meninggal sekitar tengah malam pada hari Senin, (22/5) waktu setempat. Hampir sebagian besar meninggal di tempat kejadian.
“Seorang siswi diduga telah menyulut kebakaran yang menghancurkan itu karena ponselnya diambil oleh ibu asrama dan seorang guru,” kata polisi dalam sebuah pernyataan.
David Adams, walikota Mahdia, kota tempat sekolah tersebut berada, sebelumnya mengonfirmasi keterlibatan siswi tersebut seperti dikutip dari Reuters. Adams mengatakan bahwa siswi tersebut tidak terluka dalam kebakaran tersebut.
Dia menambahkan bahwa dia tidak bisa mengkonfirmasi apakah siswi tersebut berada dalam tahanan pemerintah. Pernyataan polisi tidak menyebutkan adanya penangkapan.
Beberapa siswa mengatakan kepada penyidik bahwa mereka terbangun oleh teriakan dan melihat api dan asap di area kamar mandi asrama.
“Dokter patolog pemerintah yang melakukan otopsi terhadap enam jenazah pada hari Senin menyebutkan bahwa penyebab kematian mereka adalah inhalasi asap dan luka bakar,” tambah polisi.
Tiga belas jenazah telah dipindahkan ke ibu kota Georgetown untuk identifikasi DNA. Hampir 30 anak lainnya dirawat di rumah sakit.
Menteri Pendidikan Priya Manickchand sebelumnya menolak untuk membahas keterlibatan siswi tersebut.
Menanggapi tuduhan bahwa asrama tersebut tidak dilengkapi dengan sistem alarm kebakaran modern dan bahwa siswa-siswi tidak dilatih dalam latihan kebakaran, Manickchand mengatakan semua itu sedang diselidiki dan laporan akan dikeluarkan setelah itu selesai.
“Yang harus diambil dari ini adalah perbaikan di sektor ini.” katanya dikutip dari Reuters.
Spesialis luka bakar, psikiater, dan staf medis lainnya sedang memberikan perawatan kepada anak-anak yang terluka dan keluarga mereka, tambahnya.
Korban termuda adalah putra berusia lima tahun dari pengurus asrama. Semua korban lainnya adalah perempuan, termasuk beberapa saudara kandung dan setidaknya satu pasang kembar.
Presiden Irfaan Ali bertemu dengan beberapa orang tua korban pada hari Senin setelah mengunjungi rumah sakit di Mahdia dan menyatakan tiga hari berkabung nasional.